Kembali

Taburkanlah Tanah ke Muka Orang yang Suka Menyanjung


Dalam kitab Hayatush Shahabah dikisahkan, ketika Bani Amir menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan kata-kata yang mengandungi pujian, seperti "Anda adalah Sayyid (tuan) kami yang terhormat." Maka Nabi SAW mengatakan, "As-Sayid itu Allah." Ketika mereka mengatakan, "Anda sangat mulia dan agung." Nabi Saw. berkata, "Berkatalah dengan kata-kata yang wajar, atau seperlunya saja. Dan janganlah kamu sampai diperdaya syaitan. Sungguh aku tak menginginkan kalian menyanjungku di atas kedudukan yang diberikan Allah kepadaku. Saya Muhammad bin Abdullah, hamba-Nya dan Rasul-Nya."

Demikian Rasulullah SAW mengingatkan para shahabatnya agar tidak berlebih-lebihan dalam memuji manusia. Namun, saat ini banyak orang menyanjung dan memuji presiden, para menteri, gabenor dan lain-lain dengan harapan mendapat kedudukan, kedudukan, jawatan, projek atau yang lainnya. Bahkan untuk mencapai hasratnya itu, mereka tak segan-segan menindas para pengkritik atasannya itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, memuji itu dibolehkan sebatas untuk memberikan motivasi, agar apa yang telah dicapai dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Tapi, bila sanjungan dan pujian itu berlebihan, maka akan menjadi boomerang bagi orang yang dipujinya itu.

Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Seseorang telah memuji orang lain di hadapan Rasulullah SAW.,  maka baginda  berkata, "Celaka kamu! Kamu telah memotong leher temanmu." Perkataan itu diulang sehingga tiga kali. Kemudian baginda bersabda, "Siapa saja di antara kamu yang suka menyanjung saudaranya, maka jangan ragu katakanlah kepadanya," "Apa kamu tahu keadaan si fulan sebenarnya? Allah-lah yang mencukupi hal ehwalnya, dan tidak ada seorang pun yang lebih suci daripada Allah. Mengapa kamu mengira begini dan begitu, padahal kamu mengetahui bahwa semua itu dari Allah".         
(HR Asy-Syaikhan dan Abu Daud)


Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan para shahabatnya untuk menaburkan tanah kepada orang yang suka menyanjung orang lain secara berlebihan. Agar kebiasaan seperti itu tidak membudaya dalam masyarakat Islam. Perbuatan itu hanya akan menebarkan benih-benih nifak.

Imam Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tarmidzi meriwayatkan, ada seseorang memuji salah seorang pemimpin. Maka Miqdad Radhiyallahu 'Anhu menyiramkan muka orang itu dengan tanah, sambil berkata bahwa Rasulullah SAW  telah bersabda, "Jika ada di antara kamu masuk ke dalam golongan para penyanjung, maka taburkanlah tanah ke muka mereka."

Kembali